Terima Kasih (Nama Kamu) atas ....
23.16 Edit This 0 Comments »
Demi mengerjakan tugas negara dari seorang dosen, beberapa waktu lalu saya menjadi rajin menyambangi perpustakaan kampus. Di sana, saya mengamati dan meneliti sejumlah hasil skripsi milik kakak angkatan yang cukup tebal dan membosankan. Selain membaca dan mengutip untuk keperluan tugas, ada satu bagian dari sebendel kertas tebal yang menarik untuk diamati.
Ya, halaman persembahan. Biasanya halaman ini berisi ungkapan terima kasih penulis terhadap orang-orang yang telah membantunya menyelesaikan skripsi yang cukup menyita waktu dan menghantui hidup (ini lebay). Selain Tuhan, orang tua, teman dan dosen, biasanya ada nama "someone special" yang ditulis di halaman ini.
Sebagai contoh:
"Untuk ... (nama seseorang) , terima kasih atas semangat yang ditularkan untuk segera menyelesaikan skripsi ini"
atau
"Kepada (nama seseorang) , terima kasih atas cintanya selama ini, walau aku tak tahu akan dibawa kemana hubungan ini" ,
"Kepada (nama seseorang) , terima kasih atas kenangan yang ditorehkan"
Kadang, saya dan teman-teman tertawa membaca kalimat-kalimat romantis yang ditulis penulis untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya pada pacar atau bahkan mantannya.
Hal itu membuat saya berpikir, nama siapa selain Tuhan, orang tua, teman, dan dosen pembimbing yang akan saya tulis di halaman persembahan skripsi saya kelak (kalau sudah punya kekasih, amin) ?
Mungkin namamu, dia, atau entah nama siapa yang sampai saat ini belum kukenal. Tapi, aku sudah menyiapkan sebuah kalimat yang cukup indah untuk dituangkan di halaman itu,
Cukup indah, bukan? Saya tinggal menemukan sepotong nama yang cocok dan pas diletakkan di kalimat tersebut. Saya masih punya waktu sekitar dua tahun untuk menemukanmu, siapapun itu, entah yang sudah dikenal atau belum sama sekali :)
Semoga saya masih cukup sabar untuk menunggu waktu di mana kita akan saling menggenggam dan menguatkan hati masing-masing.
*Bukan berarti tidak menuliskan nama seseorang yang (pernah) spesial di hati saya, maka saya lupa akan semua pelajaran yang di dapat dari masa lalu, tapi kan, kertas mahal, jadi harus hemat :) * *alasan aja*
Ya, halaman persembahan. Biasanya halaman ini berisi ungkapan terima kasih penulis terhadap orang-orang yang telah membantunya menyelesaikan skripsi yang cukup menyita waktu dan menghantui hidup (ini lebay). Selain Tuhan, orang tua, teman dan dosen, biasanya ada nama "someone special" yang ditulis di halaman ini.
Sebagai contoh:
"Untuk ... (nama seseorang) , terima kasih atas semangat yang ditularkan untuk segera menyelesaikan skripsi ini"
atau
"Kepada (nama seseorang) , terima kasih atas cintanya selama ini, walau aku tak tahu akan dibawa kemana hubungan ini" ,
"Kepada (nama seseorang) , terima kasih atas kenangan yang ditorehkan"
Kadang, saya dan teman-teman tertawa membaca kalimat-kalimat romantis yang ditulis penulis untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya pada pacar atau bahkan mantannya.
Hal itu membuat saya berpikir, nama siapa selain Tuhan, orang tua, teman, dan dosen pembimbing yang akan saya tulis di halaman persembahan skripsi saya kelak (kalau sudah punya kekasih, amin) ?
Mungkin namamu, dia, atau entah nama siapa yang sampai saat ini belum kukenal. Tapi, aku sudah menyiapkan sebuah kalimat yang cukup indah untuk dituangkan di halaman itu,
"Kepada kamu (nama seseorang) , terima kasih karena sudah datang di waktu yang tepat, mau berjuang bersama untuk meraih asa lewat kerja keras, tangis dan tawa yang silih berganti datang. Kepada kamu yang mampu membolak-balikkan suasana hati, aku menyerah untuk pasrah digandeng dan dibimbing dalam perjalanan menuju akhir yang bahagia"
Cukup indah, bukan? Saya tinggal menemukan sepotong nama yang cocok dan pas diletakkan di kalimat tersebut. Saya masih punya waktu sekitar dua tahun untuk menemukanmu, siapapun itu, entah yang sudah dikenal atau belum sama sekali :)
Semoga saya masih cukup sabar untuk menunggu waktu di mana kita akan saling menggenggam dan menguatkan hati masing-masing.
*Bukan berarti tidak menuliskan nama seseorang yang
Sesuatu yang hidup di masa lalu, mungkin tidak akan bertahan di masa depan, atau bahkan di masa sekarang, yang perlu kita lakukan hanya belajar melepaskan dan mengikhlaskan
0 komentar:
Posting Komentar